Ini yang Jarang Kamu Tau “Tradisi Tulak Gubuk” di Lombok

Kearifan budaya lokal tradisi Adat Tulak Gubuk atau tradisi bubur putek yang digelar setiap tanggal 1 pada bulam Muharram sebagai bentuk penghormatan atau mengingat lahirnya para Nabi.

Sedangkan bubur putek yang digelar pada malam hari dengan bersama sama menyantap bubur yang dibuat dari ketan putih diyakini sebagai “Obat penangkal bahle”.Tradisi ini digelar dalam rangka memohon kepada Tuhan agar dijauhkan dari bala. Ada beberapa alat ritual yang digunakan seperti bubur putek(bubur putih) yang memiliki makna sebagai kebersihan lebih jauhnya sebagai obat.

Acara tulak gubuk ini dilakukan pada malam hari sampai pagi.Sebelum itu dari pagi sampai sore masyarakat disibukkan dengan berbagai kegiatan adat lainnya seperti pemotongan ayam yang nantinya ditaruh bersamaan dengan daun kelapa yang sudah dihiasnya  dan akan ditaruh disetiap sudut gubuk yang disebutnya sebagai perlindungan gubuk atau sawe’/penyawek.

Selain itu juga, masyarakat adat menyebutnya pengambilan air suci di salah satu tempat mata air yang berlokasi sekitar satu kilo dari gubuk,dan air tersebut dianggap keramat. Namun, sebelum itu memintanya harus dengan menggendingkan gamelan gendang belek,sebuah alat musik tradisional sasak. Setelah itu, air tersebut akan dipakai untuk memandikan batu nisan di kuburan yang merupakan kuburan sesepuh adat terdahulu.

Pada malam H, di sebuah berugak para tetua duduk melingkar, ditengahnya benda2 sakral dihadirkan. Benda2 tersebut adalah peninggalan leluhur yang selama ini disimpan disebuah tempat khusus.Salah satunya Umba, begitu masyarakat adat menyebutnya. Benda tersebut dipenuhi dengan logam tepong

Ketua adat menjelaskan bahwa itu sebagai pemansek atau menjaga di gubuk dan hanya dikeluarkan di kegiatan adat.

Sebagai penutup acara tulak gubuk, masyarakat adat lekong pulut menyembelih kerbau yang dipandu oleh ketua adat sebagai bentuk kesyukuran kepada sang pencipta.

Setelah itu kepala kerbau tersebut akan ditanam pada waktu menjelang subuh.Tradisi penanaman kepala kerbau ini dilakukan 10 tahun sekali atau paling tidak 5 tahun  sekali.

Tim Redaksi Pariwisatantb.com

Kamu mungkin menyukai