Fakta Unik “Mandalika” sebelum menjadi pariwisata kelas Dunia

Mandalika, sebuah wilayah di selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, kini terkenal sebagai destinasi wisata kelas dunia, terutama dengan hadirnya Sirkuit Mandalika yang menyelenggarakan balapan internasional. Namun, jauh sebelum Mandalika dikenal sebagai pusat pariwisata modern, daerah ini telah memiliki sejarah dan budaya yang kaya.

Asal Usul Nama Mandalika

Nama Mandalika berasal dari legenda seorang putri cantik bernama Putri Mandalika. Menurut cerita rakyat, Putri Mandalika adalah anak dari Raja Tonjang Beru yang memerintah Kerajaan Tunjung Bitu di wilayah selatan Lombok. Putri Mandalika terkenal bukan hanya karena kecantikannya tetapi juga karena kebijaksanaannya. Banyak pangeran dari kerajaan lain yang datang untuk meminangnya, menyebabkan perselisihan dan peperangan antar kerajaan.

Untuk menghentikan konflik yang disebabkan oleh kecantikannya, Putri Mandalika memutuskan untuk mengorbankan diri. Pada suatu pagi, ia berdiri di atas batu karang di pantai Seger dan menyatakan bahwa ia tidak ingin menjadi penyebab perselisihan lebih lanjut. Kemudian, ia melompat ke laut. Setelah kejadian tersebut, masyarakat sekitar percaya bahwa ia berubah menjadi cacing laut yang dikenal sebagai Nyale. Setiap tahun, fenomena Nyale ini diperingati dalam upacara Bau Nyale, di mana orang-orang berkumpul untuk menangkap cacing laut yang muncul di pantai Seger.

Sebelum menjadi kawasan wisata seperti sekarang, Mandalika merupakan daerah pedesaan yang kaya akan tradisi dan budaya. Penduduknya sebagian besar adalah petani dan nelayan yang hidup dalam komunitas-komunitas yang erat. Kehidupan mereka banyak dipengaruhi oleh adat istiadat Sasak, suku asli Lombok.

Masyarakat Mandalika hidup dari pertanian dan berkebun, menanam berbagai jenis tanaman seperti padi, jagung, dan sayuran. Selain itu, nelayan di wilayah pesisir juga menggantungkan hidup mereka dari hasil laut, seperti ikan dan rumput laut. Kehidupan sehari-hari mereka diwarnai dengan gotong royong dan kerja sama dalam mengolah lahan dan menangkap ikan. selain itu desa mandalika memiliki tradisi yang masih terjaga sampai saat ini, Kesenian tradisional seperti tarian, musik gamelan, dan kerajinan tangan juga memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Mandalika. Tarian-tarian seperti Tari Gandrung dan Tari Peresean sering kali dipertunjukkan dalam upacara-upacara adat dan perayaan. Selain itu, anyaman dan kerajinan tangan lainnya adalah bagian dari kehidupan ekonomi dan budaya masyarakat.

Mandalika di Era modern

Dengan perkembangan pariwisata di Lombok, terutama dengan dibangunnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dan Sirkuit Mandalika, daerah ini mengalami transformasi besar. Banyak lahan yang dulunya digunakan untuk pertanian kini telah dikembangkan menjadi hotel, restoran, dan fasilitas wisata lainnya.

Modernisasi ini membawa peluang ekonomi baru bagi penduduk setempat tetapi juga menghadirkan tantangan dalam menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya mereka. Banyak komunitas yang berusaha untuk menyeimbangkan antara memanfaatkan peluang dari pariwisata dan mempertahankan warisan budaya mereka.

Situs Media Informasi dan Promosi Pariwisata NTB

Kamu mungkin menyukai