Tradisi Unik Malean Sampi dari Lombok Barat

Di antara berbagai tradisi yang diwariskan di Pulau Lombok, salah satu yang paling menarik dan unik adalah Malean Sampi atau “mengejar sapi”. Tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk rekreasi dan hiburan bagi warga Lombok Barat,

filosofi tradisi malean sampi

Malean Sampi merupakan sebuah perayaan yang digelar oleh para petani setelah mereka menyelesaikan masa panen dan menjelang musim tanam berikutnya. Tradisi ini biasanya dilakukan di area persawahan yang penuh lumpur di Kecamatan Lingsar dan Narmada, Lombok Barat.

Filosofi di balik Malean Sampi menggambarkan rasa syukur para petani atas hasil panen yang telah mereka peroleh serta harapan untuk musim tanam yang lebih baik di masa depan. Kegiatan ini juga menjadi sarana bagi para petani untuk merayakan jerih payah mereka dan untuk menjalin silaturahmi dengan sesama petani dan peternak. Malean Sampi adalah wadah bagi mereka untuk bersenang-senang dan mempererat ikatan sosial di dalam komunitas mereka.

Tradisi Malean Sampi dilakukan dengan cara yang sangat sederhana. Para petani akan membawa sapi mereka ke area sawah berlumpur, kemudian sapi-sapi tersebut akan dilepaskan untuk dikejar. Ini bukan sekadar pengejaran biasa, tetapi juga menguji kelincahan dan ketangkasan para peserta dalam menghadapi medan yang licin dan penuh lumpur.

Kegiatan ini bukan hanya menarik bagi masyarakat lokal tetapi juga menjadi tontonan yang menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Keunikan dari kegiatan ini terletak pada keseruan dan kekompakan para peserta serta tawa dan keriangan yang muncul saat mereka mencoba menangkap sapi yang lincah berlarian di lumpur.

Sejarah Malean Sampi

Malean Sampi telah ada sejak masa pemerintahan Hindia Belanda pada abad ke-18 dan terus berlanjut hingga masa pendudukan Jepang. Pada masa pendudukan Jepang, kegiatan ini tetap digelar dengan ciri khas bendera Jepang yang dipasang pada kerotok sapi yang dipertandingkan.

Meski zaman telah berubah, Malean Sampi tetap dilestarikan hingga hari ini, terutama di daerah Narmada dan Lingsar, Lombok Barat. Tradisi ini menjadi bagian dari warisan budaya yang dijaga oleh masyarakat Lombok sebagai identitas dan kebanggaan mereka.

Saat ini, Malean Sampi bukan hanya sekedar tradisi lokal tetapi juga menjadi atraksi budaya yang menarik perhatian wisatawan. Acara ini sering kali diadakan sebagai bagian dari festival atau perayaan lokal yang dirancang untuk mempromosikan warisan budaya Lombok kepada dunia luar.

Para petani dan peternak tidak hanya melihat Malean Sampi sebagai ajang hiburan, tetapi juga sebagai momen untuk mempertahankan dan mempromosikan budaya mereka kepada generasi muda dan pengunjung dari berbagai belahan dunia.

Bagi siapa saja yang berkunjung ke Lombok, menyaksikan Malean Sampi adalah kesempatan untuk merasakan langsung keunikan budaya Lombok dan memahami lebih dalam kehidupan masyarakat petani di daerah tersebut.

Tim Redaksi Pariwisatantb.com

Kamu mungkin menyukai